Skip to main content

Puisi Prosa Aku Wanita Tegar

Puisi Prosa Aku Wanita Tegar

Pisi Prosa aku wanita tegar | Seorang wanita yang tegar adalah wanita tegar dalam menghadapi masalah, atau persoalan dalam hidupnya, Jika wanita sanggup menghadapi melewati masalahnya tanpa keluah kesah, dialah wanita tercantik yang tegar,

Berkaitan dengan kata wanita dan kata tegar. Puisi yang dipublikasikan blog puisi dan kata bijak adalah puisi wanita tegar dalam bentuk puisi prosa

Puisi prosa tentang wanita yang tegar yang dipublikasikan blog puisi dan kata bijak di tulis oleh Sri Astuty Asdi, biasa menggunakan Nama pena Kemilau Mata Bening.


Puisi Prosa Tentang Wanita Tegar

Puisi Prosa yang dipublikasikan puisi dan kata bijak ini ada dalam sebuah buku. Satu dalam seribu satu perjalanan kehidupan. yuk kita ini Puisi prosanya.


PROSA AKU WANITA TEGAR

Senja memerah berubah kelam. Angan-angan menghitam sedetak ucap doa tak terkabul. Jauh, hilang dari lentera mata. Tersesat oleh kebimbangan hidup yang serasa mengambang.

Namun aku meyakini, di bahu bahkan nadiku, jiwa raga dekat dengan Tuhan. Berperan dalam panggung kehidupan ciptaan-Nya. Sebagai hamba, aku harus tetap terus bertahan. Dengan melibatkan seluruh indera, perasaan dan pikiran. Melumat waktu, merongrong tubuh dan jiwa pada usia semakin merenta. Terkadang lembut, selembut alunan simfoni.

Terkadang pahit, sepahit mereguk empedu. Seiring masa meninggalkan kenangan, kesenangan dan kesedihan pada alurnya. Kejadian berlalu bukan tuk disesali. Lembaran kelam, bukan tuk ditangisi. Jalan membentang luas dan panjang. Masih ada waktu benahi diri dan tidak larut dalam peran yang hanya sementara.

Seumpama serumpun bambu, tumpang tindih saling beradu kait, demikianlah relung duniaku. Dalam angan, terkubur dilema terhimpit problema. Terdengar angin kabarkan sesal mengadu. Tengadah mena tap bulan bintang berduka. Gelap dan suram.

Segelintir hujatan, kuanggap nyanyian pujian indah. Hanya Tuhan Maha Tahu kebenaran. Hati meluaskan, darimana berasal rendahnya derajat, dipandang dari mata mereka.

Dalam hati bergetar, mencoba melawan celah kehidupan, agar mampuku bersinar. Sunyi, dingin, aku mengerang meradang penuh peluh menyusuri malam. Menerjang angkuh terik siang yang membakar. Pahit dan menyakitkan.

Raga diam terbelunggu, jiwa melayang serasa mati. Terpuruk, di tengah kata yang menendangku hina. Rasa ini tenggelam, menyeruak di dasar kalbu. Tidaklah lemah, sekalipun dunia mencaci maki dan menindʌs.

Meski batin ini berontak, serasa ingin menjerit sekencang-kencangnya. Seakan merasa tak dianggap oleh takdir yang tak adil. Mengombang-ambingkan hati, menuju segenapku, membawa kehancuran masa depan dan buyarkan impian.

Dengan senyuman, kulangkahkan kaki dengan harapan. Menghilangkan gundah hati dan menghalau rintangan ujian. Misteriusnya kehidupan, sulit ditebak. Berliku-liku, penuh tantangan dan cobaan. Keadaan tak seperti harapan, hingga dalam lelahnya batin, aku pun menangis dan berusaha tersenyum mengusap air mata.

Dalam hati berkata, aku harus bangkit. Diam di saat mereka merendahkan, menghantam dan meludahiku lalu saat itu pula, aku memacu jiwa, yang tengah perih membatin, tuk menganggap pedih ini adalah semangat setinggi langit.

Bersabar dalam menghadapi masalah. Berhenti mengurung diri dalam kegelapan. Menjauhi keramaian, terdiam dan berteman sepi. Aku menenangkan hati dalam renungan kepada Illahi. Tafakur di alam nelangsa, saat sudut mata mereka sinis mencibir.

Berjuang hadapi resah gelisah meski merasa lelah. Memaknai sebongkah batu yang terus-menerus di tetesi air dan akhirnya terlubangi. Angkasa luas tak berakhiran, melekatkan pikir tuk terbang gapai bintang keinginan.

Kenyataan adalah mimpi tertunda, di mana alir alur pada arus hidup, terjadi melalui pengorbanan dan perbaikan diri tuk mewujudkannya. Tersebutlah sebuah proses penantian. Berhias tangis harap, tempaan hati, dalam pergulatannya yang melelahkan, menyatu dalam keteguhan dan kesetiaan dari seorang wanita, seutuhnya wanita.

Yah aku ... akulah wanita itu. Semoga Tuhan terus menitipkan di dada ini, tentang suatu keyakinan terpatri. Dicipta-Nya diri sebagai aku wanita tegar.

Ditulis Oleh. : Srie Astuty Asdi
Nama Pena. : Kemilau Mata Bening
Makassar, 01/08/2016


Begitulah kura-kura 😄 Puisi prosa aku wanita tegar, dari Kemilau mata bening, semoga menghibur dan memberi inpirasa pada wanita wanita yang lain, terima kasih sudah menyimak/membaca prosanya.