Skip to main content

Puisi Sepatah Kata Dari Trotoar | Puisi Kritik Sosial

Puisi Sepatah Kata Dari Trotoar | Puisi Kritik Sosial

Puisi dan kata bijak. Puisi sepatah kata dari trotoar. Bintang enggan membuka mata terlalu muak menyaksikan ulah manusia, rumit sebagian mata berlagak buta beribu telinga mendadak tuli, meringkuk dan pasrah tiada lagi gairah.

Sepatah kata dari trotoar adalah kombinasi judul dari tiga judul puisi kritik sosial yang dipublikasikan blog puisi dan kata bijak di kesemptan ini.

Adapun masing masing judul puisi kritik yang diterbitkan puisi dan kata bjak antara lain.

  1. Puisi rumit
  2. Puisi sepatah kata
  3. Puisi suara trotoar

Tiga judul tema puisi kritikan menceritakan dan membhas hal hal tertentu dalam bentuk bait bait puisi kritik


Puisi Kritik sosial

Bagaimana pesan dan makna di balik rangkaian ketiga puisi kritik sosial tersebut, untuk lebih jelasnya selengkapnya silahkan disimak saja puisinya berikut ini,


Puisi Sepatah Kata
HUSAIN ISMAIL

Pintu misteri masih menganga
masih melintas banyak tanya
sebagian mata berlagak buta
beribu telinga mendadak tuli

Kabar tentang surat kabar
yang keramat tuk beredar
berita tentang mahasiswa yang dilarang tuk bicara
wartawan disembelih karena pena nya bicara

Semua tersimpan di peti mati
tak ada lagi cerita atau kabar duka cita
semua terbahak tertawa
saat sepatah kata penguasa
melukai hati kita.

Sungguh tak ku mengerti
atau ku yang tak sempat pelajari
tatakrama berbicara
agar tak kehilangan kata kata.

Jakarta,181116,Husain Ismail


Puisi Suara Trotoar
Husain Ismail

Tak mampu tukku pungkiri
rasa nyeri dalam hati
kala sang mentari tinggi
ku lihat mereka berlari.

Kembang kembang lampu merah
yang meringkuk dan pasrah
tiada lagi gairah
terdiam di hujam amarah.

Tembang sumbang yang mengalun
suarakan isi hati
tuk bisa membeli nasi
kini semua terkunci

kumbang kumbang instansi
menyerbu kota siang tadi
hancurkan semua mimpi
melucuti matahari

Bandung,191116, Husain Ismail.


PUISI RUMIT
HUSAIN ISMAIL

Renta rembulan menerangi bumi yang kian menua.
Redup cahayanya tak mampu lagi terangi malam.
Bintang enggan membuka mata
terlalu muak menyaksikan ulah manusia.

Perang menjadi jalan keluar
tuk memerangi serakahnya hati.
Agama jadi tameng lunturnya iman
rasa iri merajai satu ambisi.

Langitpun muram payungi timpang keadilan
kekuasaan kian semena mena mᥱnindas
tipu daya makin ramai di mana mana.

Belas kasihan tinggal kata kosong tanpa bukti
saling tuding tikam teman sejati
kehidupan kian rapuh
kedamaian mulai runtuh.

JAKARTA,181116,HUSAIN ISMAIL.


Demikianlah puisi sepatah kata dari trotoar. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat. Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.