Skip to main content

Puisi Pitung Di Suatu Hari

Puisi Pitung Di Suatu Hari

Puisi dan kata bijak. puisi pitung di suatu hari.  Jika membaca kalimat ini, pasti akan teringat seorang pendekar pembela kebenaran pada jamannya, siapa dia lah yang bernama Pitung.

Seperti diketahui Pitung adalah salah satu pendekar betawi yang berasal dari kampung Rawabelong Jakarta Barat. Selain itu Si Pitung menggʌmbarkan sosok pendekar yg suka membela kebenaran dalam menghadapi ketidakadilan yg ditimbulkan oleh penguasa Hindia Belanda ketika pada masa itu.

Dan kata kata si pitung di suatu hari adalah kombinasi dari dua judul puisi diterbitkan puisi dan kata bijak di kesempatan ini jadi puisi ini kata bijak si pitung akan tetapi salah satunya adalah berjudul syair pitung.

Adapun masing masing judul puisi yang dipublikasikan blog puisi dan kata bijak antara lain.

  1. Puisi suatu hari
  2. Puisi pitung / syair si pitung

Salah satu penggalan dari kedua puisinya. "di ruang tengah masih hangat sebuah bangku yang kita duduki tempat dahulu terucap satu janji. Antara nyata dan legenda Sang penentang berdiri dengan gagah Kepalan tangan bungkam sᥱnapan One Bitoeng tampil di baret depan.


Puisi Pitung Di Suatu Hari

Bagaimana cerita dan makna kedua puisi yang dipublikasikan puisi dan kata bijak, selengkapnya disimak saja puisinya berikut ini.


PUISI SUATU HARI

suatu hari
di tempat kita memulai
menyusun rapi bata demi bata -hingga mendinding-
dan pada lantai yang belum keramik
kusempatkan lenganmu mengukir nama -kita-

di ruang tengah
masih hangat sebuah bangku yang kita duduki tempat dahulu terucap satu janji

tapi itu limabelas tahun lalu
sebelum hilang empat kaki penyangga bangku

tapi itu limabelas tahun lalu
terakhir kali kita mendengar kicauan camar nan merdu

bangku tetaplah bangku
ia masih berpijak meski tanpa penumpu

adalah sebuah kekuatan baginya
menikmati apaapa yang mereka sebut pilu
meski ruang ini bukanlah sebuah ruang
dan memang ini bukanlah sebuah rumah

ia hanya sekedar dinding dan lantai
tempat sang bangku berdiri gontai
menatap jendela dari kaca tak berbingkai

suatu hari
di tempat kita memulai

Jakarta, 27 September 2016
Pena Omega


PUISI PITUNG

Pendekar sejuta harap
Menapaki tekad bulan
Langkah demi langkah--haram pasrah!
Dari Betawi bagi rakyat lemah

Masih antara nyata dan legenda
Sang penentang berdiri dengan gagah
Kepalan tangan bungkam sᥱnapan
One Bitoeng tampil di baret depan
MALING! MALING! RAMP0K!
Siapa maling? Siapa ramp0k?

Bela jelata tak perlu abu iba
Biarkan saja tumpah! Darah ʌnjing sudah hina
Rampas emas-emas kepʌrat; pengkhiʌnat!
Dan sebar pada setiap asa sekarat

Sampai jua suara kilat menyambar
Laksana petir menukik tajam pada dengar
Dimurka Tuan sungguh menggelegar
Paksa Olanda berburu gencar

" Koe-koe olang halus tangkap itu si Pitung! "
Major perboden angkat serapah langsung

Mencari jarum ditumpukan jerami
Seribu satu pasukan mengangkat kaki; lari
Olanda resah, jarumnya lebih sakti

Gigil malam merayu darah bulan
Duka angin menusuk lengah dedaunan
Darah anjing mencuri jimat kesaktian
Hingga dilupanya hitungan hari yang naas
Pitung roboh ditelan peluru emas

Jakarta, 12 Juli 2015
Pena Omega


Demikianlah puisi pitung di suatu hari. Simak/baca juga puisi puisi yang lain di blog ini. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat. Sampai jumpa di artikel selanjutnya dengan label aneka puisi. atau puisi sarkasme Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.