Skip to main content

PUISI MANUSIA PECUNDANG

PUISI MANUSIA PECUNDANG
Puisi manusia pecundang. Pecundang adalah seorang yg tak berani mengambil suatu resiko yg akan menghadapinya. salah satu jalan yg lakukan oleh seorang pecundang adalah dengan melarikan diri dari problem yg sedang melanda dirinya.  Ketidakberanian seorang pecundang sebagai suatu kekurangan yg sangat fatal, tak patut buat dicontoh.

Pengertian yang lain, pecundang merupakan orang yg berkali-kali ditawarkan kesempatan, mencoba, tetapi terus gagal. sehingga kegagalan itu menjadi hobi atau semacam identitas bagi dirinya. Pecundang terus mencoba tetapi selalu berkeluh kesah. seolah tak ada inovasi.

Didalam kamu bahasa indonesia pecundang adalah orang yang menghasut, atau orang yang menipu, didalam kehidupan kita sehari hari, biasanya pecundang, diartikan pengecut, namun sesungguh, pengertian pecundang dalam kamus bahasa indonesia pecundang adalah penghasut. penipu. atau kecundang.

Puisi manusia pecundang

Mungkin begitulah kira- kira. Manusia pecundang, judul ini hanya gabungan dua judul puisi dari tiga puisi di kesempatan ini adapun masing masing judulnya, antara lain.
  1. Puisi manusia
  2. Puisi pecundang I
  3. Puisi pecundang II
Salah satu penggalan baitnya, "Mengulang sabda berita-berita yang basi. Selalu membungkus raga dengan rantai-rantai canda. Hitam putih dasar dunia. amat menggermang maraknya dengan bisnis wewenang belum lagi laba untuk bersenang-senang mesti siap pula investasi periode mendatang". Selengkapnya dari bait ini, disimak saja puisinya berikut ini.

Puisi Manusia

Sekali seumur hidup..
Jiwa dalam setiap raga...
Garis-garis mencipta rupa...
Ruh berjeda desah nafasnya...

Bercorak batik warna-warna...
Aneka dalam setiap kasta...
Sama namun tak serupa...
Umum diri tapi sempurna...

Bertulang himpunan rasa...
Wadah berisi bukan benda...
Lengkap indra kabur di mata...
Bisa bicara mengeja kata...

Insan sahaja mengukir nada...
Tinggi rendah volume suara...
Hitam putih dasar dunia...
Lengkap busana merdu bersabda...

Angin Malam
04112015


Puisi Pecundang

Berdiri kaku di bawah kaki-kaki langit...
Berpayung sumber cahaya tanpa gerakan...
Mengulang sabda berita-berita yang basi...
Selalu membungkus raga dengan rantai-rantai canda...

Arusnya air kau ikuti tanpa merasakan beningnya...
Pahit menghitam di kulum semanis madu...
Topeng-topeng warna warni memenuhi koleksi diri...
Menutup kata mengeja yang tersamar logika...

Mengapa...
Selendang sutra tak mampu terbeli harga...
Saat busana cuma tambalan kain sisa-sisa dapur...
Coretan jelaga penghias raut tak mampu di hapus...
Walau keramaian menyembunyikan rona pengecut...

Angin Malam
09112015


PUISI PECUNDANG
Karya: Sang Mahadewa Cinta

Kaukah sang pemenang?
rela blusukan di pelosok-pelosok yang belum pernah kau jelang
berbaur dengan si gembel yang dulu tak sudi kau pandang
berperang harta, tahta, wanita di kolong demokrasi dan undang-undang
dihiasi serangan fajar, angpau, sembako yang heboh menggerayang
ribuan kaum murba berhasil kau bikin tumbang terjerangkang
jangan lagi gembar-gemborkan pencoblosan bersih dari belang
kar’na perut dan otak si jelata tak pernah mengalami kenyang
di tengah piawainya pengepul suara rakyat berkulak peluang

Benarkah daerah dan rakyatmu sangat kau sayang?
milyaran dana narsisme kau korbankan tanpa bimbang
namun di singgasana nanti wajib kau bayar hutang
KPK penjagalmu jika berbuat curang
pintu-pintu rasywah mustahil kau terjang
akhirnya sumberdaya alam yang lancang kau lelang
flora dan fauna pun tambah dahsyat terganyang
planet keropos semakin merayang
si miskin jua yang paling garang mengerang-erang

Sanggupkah dirimu berterus terang?
tentang apa yang rajin kau ancang-ancang
tolong katakan padaku dengan gamblang
kaukah pendekar daulat rakyat yang ikhlas berjuang
atau sekadar pialang jalʌng di bursa politik uang

Demi Tuhan, diriku amat menggermang
maraknya lima tahunmu nanti dengan bisnis wewenang
belum lagi laba untuk bersenang-senang
mesti siap pula investasi periode mendatang
harta negaralah yang terempuk kau tambang
maka rakyat lagi-lagi meradang
lantaran itu, di mataku kau pecundang
ya, betul-betul pecundang

Bumi Allah, 11 Desember 2015

KOSAKATA:

>>blusukan = mengunjungi tempat-tempat yg tdk biasanya atau tdk seharusnya (istilah Jawa)
>>angpau = (1) amplop kecil berisi uang sumbangan; (2) hadiah (pemberian) uang (tradisi Cina)
>>menggerayang = (1) meraba-raba; merabai; (2) memegang-megang (nyopet dll); mendatangi (utk maksud jahat); (3) mengeriap (tt kutu dll); (4) merayap-rayap; (5) menggaruk-garuk kepala dng jari
>>murba = rendah; sangat biasa; jelata (bukan bangsawan dan bukan hartawan)
>>terjerangkang = jatuh tertelentang, kaki ke atas
>>pengepul = penampung barang tertentu utk dibeli
>>berkulak = membeli barang untuk dijual lagi
>>narsisme = hal (keadaan) mencintai diri sendiri; hasrat sᥱksual dng diri sendiri
>>rasywah = pemberian utk menyogok (menyuap); uang sogok (suap)
>>merayang = merasa agak pening; pusing krn kena pukul
>>menggermang = merinding
>>pecundang (1) yg dikalahkan (biasanya tanpa diduga); (2) kalah (biasanya tanpa diduga); (3) org yg menghasut; (4) org yg menipu

Demikianlah puisi manusia pecundang yang di tulis oleh Angin Malam atau vivie jelita dan sang Maha dewa cinta. Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat. Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.