Skip to main content

Puisi Jingga Di Tepi Kerinduan

Puisi Jingga Di Tepi Kerinduan
Puisi jingga di tepi kerinduan. Kerinduan merupakan pusat tenaga dari hati, yg membangkitkan setiap orang untuk selalu mencari seseorang yang dirindukan tanpa kerinduan daya hidup seorang akan bisa menjadi lemah dan pada titik tertentu lalu semangat padam didalam perjalanan cinta.

Jingga di tepi kerinduan, satu dari dua puisi campuran di kesempatan ini, adapun masing masing judul puisinya antara lain.
  • Puisi redup jingga di tepi kerinduan
  • Puisi puisi kenadali benak (mungkinkah)
Salah satu penggalan baitnya. "Lampau nian sudah kau tergigit nalar rinai, Di pelupuk kelopak merah yang bersimbah lunglai, Di akhir petang tungkaimu luluh tak berpijak, gelepar, Bunga jingga, apakah lelahmu". Selengkapnya dari bait ini, disimak saja puisi karya Hany berikut ini.

PUISI REDUP JINGGA DI TEPI KERINDUAN

Apakabar senja?
Sudah lama engkau kutinggalkan
Di sana, dalam kesendirianmu
Ada pun langit masih memilikimu
Tetap saja bumi adalah ke pengakuan indah hasratmu
Yang menarik larik cahaya memantul
Di antara luasnya lautan
Bagaimana kabarmu jingga?
Telah lama aku tak menyinggahimu di nadir
Ufuk hatiku yang diam tanpa mengalir
Hanya bermuara di segara tanpa bernafas kemudian
Akhir yang biru tak memudahkan pertemuan itu
Hanya berp0se pada cakrawala
Awan itu telah menggundulinya
Apakabar senja?
Lampau nian sudah kau tergigit nalar rinai
Di pelupuk kelopak merah yang bersimbah lunglai
Di akhir petang tungkaimu luluh tak berpijak, gelepar
Bunga jingga, apakah lelahmu?
Aku pun terseok, di antara remang cahayamu kian redup

Hony
Mei, 12-2016


PUISI KENDALI BENAK, (mungkinkah?)

Hanya kendalikan saja
Pemikiran itu yang tak sanggup mengambil alih
Bagaimana menjalani kehidupan ini(?)
Tidak kah kebersamaan itu menggerogoti(?)
Cara pikiran dan kecurigaan atas hal-hal..(")
Yang semestinya tak kau biarkan
Aliran-aliran panas itu mempelopori detakan nadimu
Bahkan, sempat terpikirkan
Hidup itu berduri, ketika hati kita di
utaskan pada keterikatan dua pribadi
Yang sungkan dan rumit untuk di persatukan
Dan, lalu terlahir, seru-seru yang arogan,
Mengatasnamakan kecintaan yang terlalu besar
Dari hati yang tak mengetahui tentang, mempercayai
Kecurigaan telah berpuncak, bernama bukit cinta
yang setinggi air terjun di balik lembah curam
Indah namun sulit untuk di jelajahi
Apalagi di gapai, oleh jemari untuk merasa sentuhannya
Mungkin telapak itu telah menjadi setungkai betis mati
Atau sudah robek di lukai semak dan batu-batu tajam
Pemikiran adalah hal sensitif
Yang paling tipis untuk di perdebatkan
Antara kepercayaan dan kecurigaan
Apakah hal?(?)
Dimana, mungkin (")
Keterlibatan picik yang sudah mengelabui
Pandangan kebenaran (mungkin saja)

Hony
Mei, 12-2016


Demikianlah puisi jingga di tepi kerinduan . Baca juga karya Hany yang lain yang ada di blog ini,  Semoga puisi di atas menghibur dan bermanfaat, Jangan lupa di share puisinya, bila menurut anda menarik... Sampai jumpa di artikel puisi selanjutnya. Tetap di blog puisi dan kata bijak menyimak/membaca puisi puisi yang kami update. Terima kasih sudah berkunjung.